Sajak Pintu
Ketika malam bernama malam
aku masih kehausan
meski telah banyak kumakan garam
masih ada satu yang belum kutelan
ialah masa depan
seperti apakah masa depan
apakah ia cuma bayang-bayang pikiran
yang muncul saat keadaan terang-benderang
atau bintik-bintik kecemasan
yang campur aduk dalam dunia kelam
ketika malam bernama malam
SPMU
Sajak Perjalanan Menjelang Uzur
Sehabis fisioterapi
senja ngakak di kanan kiri
melewati jalan Pramuka setapak demi setapak cuma sendiri
menyusuri patahan-patahan hati
menyita habis senyummu yan g murah hati
Matahari pun lenyap di jalan Kyai Haji
rupa-rupa trotoar malam mulai tersaji
dari kimpul goreng hingga kentang ala blackliberi
semua dalam hitungan pulsa masa kini
Selamat malam Pasar Kembang
wangimu sudah bertabur sejak siang
kuharap malammu tidak meradang
karena aku harus pulang
harus pulang
Menyeberangi alun-alun kota
tatapanku gemetar terbata-bata
rumput-rumput pun turut tertawa-tawa
dan suara sapaan santun mengelegar tepat di atas kepala
engkaukah pemilik dunia satu ketika?
Memasuki jalan kemerdekaan
terasa ada bayang-bayang cekikikan
menertawai wajah sendiri
Ketika kutegur jejak
Jalan buntu!
ah, lalu harus kemana sisa hidup ini?