Di Bawah Mendung
bergerak di bawah mendung
menebang musim arah kemerdekaan
berhitung mencari pangkal ujung
hidup kian terkubur dalam gigilan
tak ada gemuruh atau desir angin riuh
sejak kausembunyikan cahyamu di pucuk-pucuk derai
entah berapa jejak rindu mulai rapuh
bertahan untuk segera jatuh terkulai
Kledung
Kledung
Rusuk daun berduri tajam menjulang di antara semak-semak belukar. Hijau tua tanpa nama melainkan kokoh memagar sepinya rimba. Berderet kekar dengan gigi-gigi sangar siap memangsa tiada peduli merahnya langit senja.
Beberapa di antara saudaranya enggan bergeming dari puncak hening. Buritan lembut menyapa ramah dengan sejarah dari arah entah.
Sunyi bukan satu-satunya hidup yang kumiliki, melainkan hobi yang mempermainkan sepinya hati.
Tidak peduli makhluk apapun singgah, ia harus tetap menjalin hidup dengan ramah. Dan satu yang menjadi pantangan simbah manakala dirimu terlanjur hadir di tengah. Jangan kauumbar sifat serakah karena Kledung akan murka dan memecah belah.
Hidup kadang harus merambat di antara benturan nasib yang kian tertambat. Begitu pun hakikat diri yang lama terpaku di jalur keramat.
mandi
aku mandi
bersihkan diri
dari luka hati
yang sehari menjangkiti
mandi senja
sumur karang warna jingga
menimbun rasa
mengubur rapat liang angkara