Balada Cemara
Balada Cemara
cemara lahir dari rahim sunyi
berkawan tajuk nyanyian sufi
pagimu mekar riuh bergetar
sayap rantingmu meranggas hampa
ladang-ladang hati kian terkapar
dirajam buritan berebut peta
satu demi satu
memburu cahaya senja
angin berhenti di cakrawala
cemara lelah menanti iba
berdesak desak alunan jiwa
melempar pandang semata merdeka
merenggut usia satria dewasa
berkelana
menjelajah generasi demi generasi
cemara kuyu merindu
senyum pecundang ditendang tendang
nganga luka melubang pedih
terbuang rasa jalang menimpa
terbaring asa
semakin rendah
cemara sunyi kelam membumi
bersorak gerimis menampar bunga bunga
sejak sepi semakin sepi
begitu seterusnya tanpa titik henti
Purworejo, 27 April 2010
KARTINI
KARTINI
gerimis riuh menebang malam
pagimu datang tak berpeta
di antara reruntuhan peradaban kelam
kemana jasamu menimang bangsa
engkaukah bintangku yang hilang
saat transaksi ricuh di pasar pagi
dirimu berpesta dengan nasib sendiri
di antara kodrat dan harapan – kartini
angin tiada berjalan
kutipan-kutipan ayat pun jadi suram
bulan kehilangan cahaya rindunya
ia nyelinap di antara mega mega kelam
bulan sungguh menahan malu
atas titipan rindu yang kusampaikan
kini entah berapa malam berlalu
semata wayang terkapar hanya penantian
kini terpancar dalam dunia
kegelapan diri tiba-tiba tanpa hati
menyekap luka demi luka menyeret jiwa entah kemana
mendung ini
sejak pagi hati pun terkurung sepi
jembatan ilusi begitu panjang dan sunyi
seberkas cahaya menebang belantara
mengerdip bening menyeret hati
tatapanmu merindu
Mega – Mega Liar
Mega – Mega Liar
mega-mega liar tertiup angin semakin nanar
membumi rebah ratapan rindu mengendap pedih
jalan tunggu menebing gusar hati berdebar
deru melaju teriak datang beralih-alih
mengetuk dinding malam mengikis jendela kelam
terantuk beku kantuk membatu menyibak pintu
bulan temaram menahan gegas tiap jendela
mengabarkan getar bintang-bintang
bersama, … kegelapan menjadi terang
lenyap pulalah abjad abjad kebohongan
mimpi sumbang saling sambung bersulang seling
selinbgkuh seru ayat-ayat kejujuran melintas perdu
tabik
begitulah salamku yang pertama
menggelitik
menggeliat
menggoda
meronta
wahai
juntrung kelana ajakan setia
berkoar
berkobar
berkibarlah
bersama untuk semua
begitu senantiasa.