Cahaya Rindu
aku terbakar bara merdu serpihan rindu
dalam laju bukit bukit turut membiru
tiap marka jalanan menimang jejak deru
adalah rona wajah lelah dan resah penantianmu
pada rimbun ketapang jendela wajahmu lekat semata
cahaya rindu menghiasi sorot beningmu tak berdaki
gerimis air mata terlempar jauh ke cakrawala
tatapanmu tetap merayuku tanpa batas puji
kerdip cahaya bertubi tubi menyeret wajahmu ke ranting sunyi
bibirmu bukan hatimu
bibirmu bukan hatimu
kemarin merah sekarang biru
datang melukis amarah
pulang tinggalkan kanvas kuyu
apakah kau cuma rindu
bibir kumal
menyumbat otak senior-senior bebal
hati kesal
berdesak-desak gelora binal
bibirmu sungguh tradisional
bibir tanpa tulang
tangan panjang mata-mata jalang
kadang liar memaki sembarang
kadang berang tumpahkan gairah perang
bibirmu sungguh terlarang
bibir malam sembunyilah dalam kelam
bibir pagi bersabarlah menunggu hati
suatu hari diriku tetap butuh risalah bibirmu.